Senin, 02 Juli 2012

Kakak Tingkatku,,,, I LOVE U

       Pengumuman seleksi masuk (SM) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) diumumkan, dan akupun diterima disalah satu PTN ternama di Yogyakarta. Alangkah senangnya hati ini akhirnya aku bisa diterima di PTN tujuanku tersebut. Tangis bahagia menyelimuti aku, ibuku, adikku, dan juga ayahku, ketika salah seorang sepupuku yang bernama Hani memberi tahu lewat telepon.
            “ Naya, selamat ya, kamu diterima di PTN yang sesuai dengan pilihanmu itu, kata Hani lewat telepon itu.
            “ Iya apa? Kata siapa? Kok kamu bisa tahu?? Jawabku setengah kaget.
            “ Iya bener, tadi aku di sms sama temen mba ku yang nge-kost bareng mba ku di Yogyakarta, kata Hani sembari meyakinkanku.
            Kebetulan mba’nya Hani sudah kuliah di Universitas yang menerima aku. Dia udah semester enam. Nama mba’nya Hani yakni mba Tia dan nama temennya mba Tia yang memberitahukan bahwa aku diterima adalah mba Rani.
            Air mata kebahagiaan tak bisa ku bendung. Aku langsung sujud syukur atas anugerah yang telah Allah berikan padaku. Sungguh aku tidak percaya bisa diterima di Universitas itu. Sampai-sampai ayahku tidak percaya kalau aku diterima di Universitas ternama di Yogyakarta.
            “ Siapa yang bilang kalau kamu diterima di Universitas itu? Tanya ayahku karena beliau tidak percaya.
            “ Kata Hani yah, masa ayah ngga percaya kalau aku keterima, ‘’ jawabku sambil meyakinkan ayahku.
            “ Ayah ngga percaya, coba ayah beli koran dulu sebentar, kata ayah sambil mengambil helm dan menuju ke sepeda motor yang di parkir di depan rumah.
            Aku dan ibu menunggu ayah yang sedang membeli koran. Tak henti-hentinya kami berdua mengucap syukur atas nikmat yang telah diberikan hari ini. Selang beberapa menit kemudian ayah muncul dihadapan kami sambil membawa koran yang baru ia beli dan mulai langsung membukanya.
            “ Ini ayah sudah dapet korannya, coba kita buka sama-sama, ‘’ jelas ayah sambil membuka koran yang baru saja dibelinya.
            Selagi ayah membuka koran yang baru dibelinya, aku dan ibuku duduk disamping ayah. Ayah mencari namaku di dalam pengumuman itu, dan akhirnya namaku pun ditemukan. Tangisan bahagia pun tak bisa dibendung lagi. Ayah kini percaya aku telah diterima di Universitas tersebut. Dalam pengumuman juga dijelaskan tata cara daftar ulang dan tes kesehatan.
            Beberapa hari kemudian sesuai jadwal dengan yang ada dikoran untuk daftar ulang, aku pun berangkat ke Jogja. Aku saat itu berangkat sendiri, karena ayah dan ibuku sangat sibuk dengan pekerjaannya, itung-itung untuk latihan. Setibanya di Jogja aku menginap di kost mba Tia. Aku sampe Jogja satu hari sebelum jadwal tes kesehatan. Pagi harinya aku diantar oleh temen kost mba Tia untuk tes kesehatan. Untung saja tempatnya tidak jauh dari kost mba Tia.
            Berbagai acara memasuki perguruan tinggipun aku lalui, mulai dari tes kesehatan, daftar ulang, pendaftaran ospek, ESQ, ospek pun aku lalui bersama teman-temanku. Aku berkenalan dengan semua orang yang belum pernah aku jumpai sebelumnya.
            Tanggal 5 September 2011 adalah hari pertama aku kuliah. Alangkah senangnya aku bisa kuliah di PTN terfavorit ini. Aku berkenalan dengan teman-teman kelas semuanya. Aku juga sangat senang, karena aku bisa mempunyai banyak teman-teman yang begitu menyayangiku.
            Beberapa bulan kuliah, jurusan yang aku masuki mengadakan acara Malam Keakraban (Makrab). Acara itu bertujuan untuk mendekatkan antara adik dan kakak tingkatnya (sebutan bagi kakak kelas di PTN). Saat itu aku pun iseng tanya-tanya tentang kakak kelas pada mba Rani karena aku kenal akrab hanya dengan mba Rani.
            ‘’ Mba Rani, menurut mba kakak tingkat yang cakep siapa? ‘’ tanyaku iseng pada mba Rani.
            ‘’ Hmmm,, siapa ya?? ‘’ jawab mba Rani sambil membuatku menambah penasaran.
            “ Akh mba,, ko gitu? Siapa mba? Pengin tau aku, kataku sambil memohon-mohon pada mba Rani.
            “ Ada si, anak R 2010, ‘’ jawab mba Rani singkat.
            ‘’ Siapa namanya mba? , tanyaku kembali pada mba Rani.
            ‘’ Aduh, pengin tau banget si kamu ini. Ya udah deh tek kasih tau. Namanya A, tanya mba Rani sambil menjelaskan kembali.
            ‘’ A siapa mba? Kataku memotong pembicaraan mba Rani sebelum menjawab siapa namanya.
            “ Ngga sabaran banget si kamu ini, namanya Awan anak R 2010, coba deh kamu cari, menurut aku si dia orangnya oke, ‘’ jawab mba Rani singkat.
            ‘’ Mas Awan? Orangnya kaya apa mba? Tanyaku kembali.
            ‘’ Cari tau ndiri dong, ntar ngga surprise lagi, ‘’ kata mba Rani sambil tertawa.
            Aku semakin penasaran dengan yang namanya mas Awan, kakak tingkatku angkatan 2010 itu, tidak tahu kenapa baru mendengar namanya saja aku langsung tertarik. Beberapa minggu kemudian, ketika aku selesai kuliah, di pintu depan kelas kuliah yang tadinya aku masuki ada segerombolan kakak tingkat R 2010, aku tahu bahwa itu kakak tingkatku karena waktu ospek jurusan dulu ada sebagian yang pernah menjadi pemanduku.
            Tiba-tiba aku melihat sesosok pria diantara gerombolan kakak tingkat tadi. Dalam hati aku berharap bahwa pria itu adalah mas Awan. Walaupun sebelumnya aku tidak tahu yang namanya mas Awan itu orangnya kayak apa, tapi aku yakin dalam hati bahwa yang aku lihat itu adalah dia.
            Seminggu kemudian aku langsung mencari alamat atau nama Facebook (Fb) dari mas Awan itu, dan akhirnya pun ketemu, ternyata yang aku maksud dalam hati waktu pertama melihatnya benar, dia adalah mas Awan yang selama ini aku cari-cari. Tidak menunggu lama aku langsung nge-add, dan akhirnya pun di konfirm. Selang beberapa hari aku pun sengaja nge-chat mas Awan dan dibales. Sejak pertama aku mengenalnya aku mulai jatuh cinta padanya.
            Dalam percakapan lewat chat aku pun sempat tanya sama mas Awan, alangkah senangnya aku bisa nge-chat mas Awan dan dibales, saat aku selidiki juga ternyata mas Awan punya akun jejaring sosial lainnya, yakni twitter. Aku langsung follow. Tidak tahu kenapa ketika mas Awan folback dan mention ke aku, aku langsung menangis bahagia. Awalnya aku kira aku hanya bisa menatap wajahnya saja dari kejauhan, namun sekarang aku bisa berkomunikasi, walaupun hanya lewat dunia maya saja, aku sangat bersyukur. Saat itu juga aku minta nomer handphone mas Awan lewat temen kelasnya mas Awan yang aku kenal, namanya mba Heny.
            “ Mba Heny, kok tadi di kampus aku ngga liat temen mba ya?, tanyaku pada mba Heny.
            “ Temen yang mana ya de, jawab mba Heny singkat.
            “ Itu lho, temen mba yang namanya mas Awan? Kok tadi aku ngga liat dia, apa dia ngga berangkat kuliah?, jawabku.
            “ Ooo Awan to? Kamu suka apa sama Awan? Iya, tadi dia ngga berangkat, cuma berangkat yang jam ke lima aja tadi, jawab mba Heny.
            “ Ngefans mba, oo pantesan tadi aku ngga liat dia, mba punya nomer handphonenya?, kataku.
            “ Punya, tapi ngga tahu masih aktif apa ngga, cz udah lama ngga smsan sama Awan, jawab mba Heny sambil memberikan nomer mas Awan.
            ‘’ Okkey mba terima kasih ya mba, jawabku.
            Akhirnya aku mendapatkan nomer mas Awan. Aku tidak menyangka aku bisa mempunyai nomer mas Awan. Mulai saat itu juga aku mulai smsan sama mas Awan. Aku pun juga sempat curhat sama mas Awan lewat sms. Inilah curhatan singkat antara aku dan mas Awan.
            “ Mas Awan, mau curhat, lagi sibuk ngga? Tanyaku pada mas Awan lewat sms.
            “ Apa ya? Jawab mas Awan singkat.
            “ Aku lagi mengangumi seseorang, walaupun aku sadar aku bukan tipe orang itu, tapi nggak tahu bagaimana mengungkapkannya. Menurut mas Awan bagaimana? Jawabku.
            “ Wah tidak tau, kalau emang yakin dia nggak mau ya cinta dalam hati aja, jawab mas Awan.
            Andai mas Awan tahu, kalau orang yang aku maksud adalah dirinya, mungkin jawabannya kayak gitu. Aku belum tahu si klo mas Awan cinta sama aku apa nggak, tapi kemungkinan besar tidak, karena aku sadar perbedaan antara aku dan dia sangatlah jauh, dia yang cakep, putih, dan keren, sementara aku hanyalah gadis biasa-biasa saja. Mungkin bisa dikatakan gadis biasa yang mencintai putra mahkota kerajaan. Ya tapi inilah aku yang serba dengan kekurangan telah berani mencintainya
Aku sadar cinta itu memang nggak harus memiliki. Tapi aku akan slalu menanti, menanti hingga dia bisa mencintaiku seperti aku mencintai dia, tapi aku juga slalu sadar takkan ada sedikit pun cinta mas Awan untukku, mungkin terlalu indah rasa cinta yang aku miliki untuk mas Awan itu, meski aku tahu tiada cinta yang mas Awan berikan untukku. Sebenarnya ingin aku ungkapkan semua segala perasaanku sdan berkata jujur pada mas Awan, namun aku takut ditolak oleh mas Awan, aku juga sadar aku adalah seorang cewek. Andai bisa aku katakan pada dia, mungkin akan aku katakan, kakak tingkatku mas Awan, I love U.