Minggu, 14 April 2013

Arti Nagarkretagama

       Arti kitab Nagarakretagama          

  Negarakretagama memberitakan pelbagai perkara yang sangat diperlukan untuk penulisan sejarah Majapahit dalam abad empat belas diantaranya tentang kehidupan politik sosial, keagamaan, kebudayaan, adat istiadat, kesusasteraan. Namun perkara itu hanya diuraikan secara singkat, sehingga perlu dilepaskan. Negarakretagama adalah sebuah puja sastra, oleh karena itu penafsirannya harus hati-hati untuk dapat mengetahui fakta-fakta sejarah yang sebenarnya. Negarakretagama tetap menduduki tempat utama sebagai karya sejarah tentang Majapahit dalam abad empat belas dan merupakan karya sejarah yang tertua pula dalam sastra Jawa kuna.            Uraian Negarakretagama tentang raja-raja Singasari dan Majapahit yang diakui sebagai nenek moyang Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara, diberitakan dalam pupuh-pupuh. Menetapkan garis besar jalannya sejarah dari berdirinya Singasari sampai zaman keemasan Majapahit berdasarkan data-data sejarah yang telah disaring. Uraiannya berdasarkan Negarakretagama, Pararaton dan piagam-piagam. Pertumbuhan status dan wilayah Majapahit dari desa menjadi negara, yang menguasai Pulau Jawa dan Nusantara dari Wanin di Pantai barat Irian sampai Semang di Thailand selatan, masih merupakan bahan perdebatan diantara para sarjana.

            Kehidupan kemasyarakatan Majapahit adalah perkara yang menarik perhatian, tetapi tidak pernah diselidiki secara mendalam, karena para sarjana yang berkecimpung didalam bidang Jawa kuna, belum sempat atau memang tidak banyak menaruh perhatian. Nagarakretagama adalah hasil karya seorang pendeta juga. Penciptanya adalah bekas dharmadhyaksa kasogatan, menyamar dengan nama Prapannca. Ia memberitakan semua hasil karya-karyanya sebelum Nagarakretagama.B.     Susunan NagarakretagamaPuja sastra Nagarakretagama terdiri dari 98 pupuh. Bagian pertama Nagarakretagama jumlahnya 49 pupuh tepat, separo dari keseluruhan pupuh Nagarakretagama. Bagan pupuh bagian pertama itu seperti berikut:

            7 pupuh : tentang raja dan keluarganya       9 pupuh : tentang kota dan wilayah Majapahit            23 pupuh : tentang perjalanan keliling ke Lumajang            10 pupuh : tentang silsilah raja MajapahitBagan pupuh bagian kedua seperti berikut:            10 pupuh : 5 tentang perburuan, 5 tentang pejalanan pulang

            23 pupuh : 1 oleh-oleh, 10 tentang perhatian kepada leluhur, 2 tentang Gajah MadaSingkatan isinya1.      Dalam pupuh I Prapanca memuji keagungan raja Sri Rajasanegara, memandang baginda sebagai titisan Shiwa-Budha untuk menentramkan kerajaan. Sang pujangga mengadakan identifikasi antara Siwa dan Budha, peristiwa sinkretisme dalam agama. Baik Budha maupun Siwa pada dasrnya mewakili angkasa, yang juga disebut sunya yakni kosong. Ketika masih dalam kandungan terjadi pelbagai peristiwa alam yang ditafsirkan sebagai isyarat keluhuran sang jabang bayi seperti meletusnya gunung Kelut, gempa bumi di Pabanyu Pindah,hujan abu yang diikuti guruh dan halilintar.
2.      Pupuh II sampai VI mengisahkan hubungan kekerabatan baginda. Prapanca memuji kecakapan nenek perempuan baginda yang berjuluk Rajapatni, yakni puteri Gayatri, puteri bungsu Sri Kretanegara dari Singasari. Beliau bertindak sebagai penasehat utama dalam pemerintahan. Ketika Sri Rajapatni mangkat pada tahun 1350 dan dikebumikan di Bayalangu, segenap rakyat dari seluruh kerajaan berkabung. Rakyat merasa sedih kehilangan beliau. Kesedihan rakyat itu musnah setelah penobatan baginda sebagai raja. Pupuh III menguraikan orang tua baginda yakni Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani, yang secara resmi menjadi rani Kahuripan, dan Sri Kertawardhana dari Singasari. Pupuh IV dikhususkan untuk menyanjung bibi baginda yakni Bhre Daha Dyah Wiyat Rajadewi, yang kawin dengan Sri Wijayarajasa dari Wengker. Baginda mempunyai dua orang saudara perempuan. Yang tua bergelar Bhre Lasem, kawin dengan Bhre Matahun. Yang muda bergelar Bhre Pajang, kawin dengan Singawardhana dari Paguhan. Dari perkawinan antara Bhre Lasem dan Bhre Matahun Sri Rajasawardhana lahir puteri Nagarawardhani, yang kawin dengan Bhre Wirabhumi. Dari perkawinan antara Bhre Pajang dan Singawardhana dari Paguhan lahir Wikramawardhana alias Bhre Mataram. Wikramawardhana kawin dengan Kusumawardhani, puteri Dyah Hayam Wuruk, dan bertindak sebagai wakil baginda dalam pengadilan. Adik perempuannya bernama Sri Surawardhani, memerintah Pamawuhan. Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara kawin dengan Indudewi, puteri Wijayarejasa dari Wengker. Dalam pupuh itu disebut adinda baginda menurut adat tata Jawa. Seorang istri menyebut suaminya kakanda, dan seorang suami menyebut istrinya adinda. Mereka itu semuanya adalah raja bawahan Majapahittunduk kepada Sri Nata.3.      Pupuh VII mulai dengan pujian muluk terhadap baginda Sri Rajasanegara. Semua orang tunduk pada kuasa Sri Nata. Sri Rajasanegara dikiaskan sebagai titisan pelbagai dewa. Beliau mengusap duka si murba sebagai dewa indra yang menurunkan hujan diatas bumi. Sang raja menjaga negara seperti Pretiwi, meresap ke semua tempat laksana hawa, sedangkan muka beliau laksana bulan. Seolah-olah dewa Kalma menjelma di dalam pura. Para puteri dan permaisuri terlalu cantik bagaikan sibiran dewi Ratih. Permaisuri Indudewi cantik jelita seindah dewi Susumna, tidak ada taranya. Puteri Kusumawardhani, lengkung lampai, sangat jelita berpasangan dengan Sri Wikramawardhana bagaikan dewa dan dewi, resap dipandang mata.4.      Pupuh VIII sampai XII menguraikan seluk beluk istana Majapahit dari keindahannya sampai para punggawa dan pegawai kerajaan. Secara terperinci sang pujangga menyajikan uraiannya tentang istana Majapahit. Tembok batu merah, tebal lagi tinggi, mengitari istana. Pintunya disebelah barat menghadap ke lapangan luas yang dikelilingi parit. Halamannya ditanami pohon Brahmastana, berjajar-jajar memanjang, berbagai-bagai bentuknya. Disitulah tempat para tanda berjaga secara bergilir, meronda mengawasi paseban. Disebelah utara, gapuranya indah permai, berpintu besi penuh berukir. Disisi timur pintu adalah panggung luhur, lantainya berlapis batu putih.5.      Pupuh XIII sampai XIV menyinggung luasnya wilayah kerajaan Majapahit di Jawa dan di Nusantara yakni pulau di luar Jawa. Dalam pupuh tersebut tercantum nama-nama daerah dan pulau yang tunduk kepada Majapahit. Pupuh XV menyebut negara-negara asing yang mempunyai hubungan persahabatan dengan Majapahit, diantaranya Siam, Darmanegara, Singanagari, Campa, dan Kamboja.
6.      Pupuh XVII sampai LX menguraikan perjalanan kelililing rombongan Dyah Hayam Wuruk dari Majapahit ke Lumajang, pada hakekatnya merupakan isi nagarakretagama. Dharmadhyaksa kasogatan yang mengambil nama samran Prapanca, ikut serta dalam rombongan tersebut. Dalam perjalanan itu mendapat kesempatan untuk mengunjungi desa-desa penting dan menyaksikan sendiri wilayah kerajaan Majapahit di Jawa Timur pada tahun 1359.7.      Pupuh LXI sampai LXII menguraikan perjalanan baginda pada tahun 1361 ke desa Simping untuk memperbaiki candi makam, karena menaranya rusak. Candi tersebut adalah candi makam pembangun negara Majapahit Kertarajasa Jayawardhana.8.      Pupuh LXIII sampai LXVII menguraikan selamatan srada untuk memperingati wafatnya nenek baginda Rajapatni, yakni puteri Gayatri dari Singasari. Pesta Srada diselenggarakan secara besar-besaran di istana pada tahun 1362. Upacaranya diuraikan secara secara singkat dan tepat sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang jalannya upacara srada yang dilakukan oleh Sri Hayam Wuruk pada zaman Majapahit.9.      Pupuh LXVIII sampai LXIX secara singkat menguraikan sejarah pembagian kerajaan Erlangga menjadi Yanggala dan Panyalu untuk kedua puteranya oleh mpu Bharada dengan cara menuangkan air kendi ke udara sampai diatas pohon asam di desa Palungan sang pendeta terhenti karena jubahnya terkait pada puncak pohon asam, dan kendinya jatuh di desa Palungan. Sang pendeta terbang lagi sambil mengutuk pohon asam supaya tetap tinggal pandak. Sejak itu tempat tersebut menurut dongengan bernama Kamal Pandak artinya asm cebol.10.  Pupuh LXX sampai LXXIII mengurqikqn kedatangan kembali baginda dari Simping. Setiba beliau di Istana terdengar kabar Gajah Mada sakit keras, akhirnya meninggal. Kemudian diadakan rapat untuk mencari pengganti patih Gajah Mada, tetapi tidak berhasil. Rapat yang dipimpin oleh baginda sendiri, mengambilkeputusan bahwa patih Gajah Mada tidak akan diganti. Baginda sendiri memimpin pemerintahan secara lansung, dibantu oleh enam menteri.11.  Pupuh LXXIV sampai LXXXXII menyebut nama-nama candi makam, tanah perdikan, asmara, desa kebudhaan, desa kesiwaan, dan lain-lainnya dalam kerajaan Majapahit terutama di Jawa dan Bali.12.  Pupuh LXXXII menguraikan keagungan baginda dan kesejahterahan pulau Jawa. Banyak tamu asing berkunjung ke Majapahit. Pada 5 dan 6 memuat kisah perjalanan tahunan (kirap) yang berlangsung dalam bulan Pagluna (Februari-Maret)13.  Pupuh LXXXIV adalah lanjutan dari pupuh LXXXIII/5, 6. Pada tanggal 14 bulan petang (surut) baginda berkirap keliling kota ditatang tandu kuning, diiringkan para pembesar, pendeta, sarjana, dalam pakaian seragam. Penghormatan kepada beliau berupa pembacaan puja-sloka, gubaha kawiraja dari berbagai kota untuk baginda setiba beliau di Manguntur.14.  Pupuh LXXXV menceritakan pertemuan tiap bulan Caitra (Maret – April) atau bulan pertama setiap tahun. Maksudnya ialah untuk mengadakan semacam musyawarah antara semua orang yang mempunyai tanggung jawab dalam pemerintahan.15.  Pupuh LXXXVI sampai XCIL. Dua hari kemudian mulailah pesta besar di lapangan babat, yang dihadiri oleh baginda. Segala macam pertunjukkan dan perlombaan dihidangkan untuk memeriahkan perayaan. Pada bulan petang bulan Caitra ditutup oleh baginda dengan pembagian hadiah kepada para pemenang.16.  Pupuh XCIII sampai XCIV, Prapanca menguraikan betapa banyak para pendeta yang menciptakan kakawin puja sastra untuk baginda. Diantaranya pendeta Budha Sri Aditya menggubah Shogawati dalam Sloka. Beliau berasal dari Jambudwipa (India), dari kota Kancanapuri, dari asrama Sadwihara.Pupuh XCV sampai XCVIII menguaraikan nasib sang pujangga yang canggung hidup di dusun, kemudian bertekat bertapa dilereng gunung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar