Minggu, 14 April 2013

Perkembangan Pariwisata di Indonesia pada Masa Orde Baru

A.    Situasi Pariwisata Saat Munculnya Orde BaruSituasi pariwisata yang berlaku sampai saat munculnya Orde Baru, yang pada tahun 1966 memesan kepada perusahaan penerbangan Pan American Airways suatu studi pasaran tentang masa depan pariwisata internasional di Indonesia (Pan American Always 1966). Dalam hal itu kesimpulan yang dipakai sangatlah berbeda dibanding dengan studi-studi yg dilakukan orang Indonesia (Lembaga pariwisata Nasional 1967a, 1967b, Purbo & Mulia 1968, Soeroto, Atiek dan Hendro 1968). Bertolak belakang dengan rekan-rekan asingnya, konsultan-konsultan Indonesia pada umumnya ingin membangun pariwisata secara gradual dan tersebar diseluruh Nusantara, agar dampak ekonomi yg positif dapat dirasakan di seluruh negeri. Namun, persetujuan itu tidak berarti menutupi adanya kenyataan pertarungan pengaruh di ibukota antara berbagai golongan tertentu dan terutama diantara kelompok-kelompok etnis yang ingin membelokkan penghasilan pariwisata sesuai dengan kepentingan masing-masing, dan juga sering iri tentang keunggulan Bali. Dimatanya kemakmuran yang bakal diakibatkannya akan memperkuat kedudukan provinsi itu dan mempertajam cirri-ciri khasnya penduduknya. Ciri-ciri sering dianggap terlampau mencolok oleh orang Jawa dan lebih lagi oleh masyarakat islam, yang cenderung mencurigai orang Bali sebagai pemakan babi yang kafir.                        Meskipun diwarnai keengganan, garis besar yang ditentukan oleh penyusun Repelita I pada akhirnya mengikuti apa yang dianjurkan oleh konsultan-konsultan asing, melihat bahwa asset terbesar negara adalah citra Bali sebagai “sorga” yang merupakan warisan zaman kolonial, mereka menganjurkan supaya Bali dijadikan sebagai etalase Indonesia dan supaya perkembangan pariwisata internasional difokuskan disitu. Selain itu karena pengalamannya, Bali dijadikan model untuk perencanaan pariwisata daerah-daerah Indonesia lainnya.                                    Pada bulan Maret 1969, yaitu satu bulan sebelum Repelita I, utusan dari Bank Dunia meninjau Indonesia atas undangan pemerintah dan menyarankan dibuatnya Rencana Induk Pengembangan Pariwisata di Bali (Master Plan for the development of Tourism in Bali). Melalui proses tender internasional, pemerintah memesan penyausunan rencana induk tersebut kepada perusahaan Prancis SCETO. Dimulai pada bulan April 1970, studi SCETO dibiayai oleh United Nations Development Program (UNDP) dan dilaksankan dibawah Bank Dunia, yang diangkat sebagai lembaga pelaksana proyek tersebut. Hasilnya adalah sebuah laporan yang terdii dari 6 jilid, yang diterbitkan pada bulan April 1971.                        Dari berbagai pernyataan yang dilontarkan pihak pemerintah secara sporadis, keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor:a.       Makin berkurangnya peranan minyak sebagai penghasil devisa jika dibandingkan dengan waktu lalu
b.      Merosotnya nilai ekspor kita disektor-sektor nonminyak
c.       Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsistend.      Besarnya potensi yang kita miliki bagi pengembangan pariwisata di Indonesia.                        Sektor pariwisata di Indonesia yang dinyatakan oleh presiden Soeharto, kini mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan. Kepala negara menghendaki agar pengembangan kepariwisataan memperoleh perhatian khusus, supaya dengan demikian kita bisa meningkatkan pendapatan devisa negara dalam suasana ekonomi dunia yang masih suram dimana ekspor barang Indonesia mengalami berbagai hambatan.                                    Turisme dewasa ini muncul dari politik ekonomi Orde Baru dibawah presiden Soeharto. Pada tahun-tahun terakhir, tahun 60-an, minat bisnis luar negeri didorong untuk mengambil bagian dalam perkembangan turisme di Indonesia. Jaringan-jaringan hitel dan penerbangan diberikan izin untuk memberikan kemudahan-kemudahan dan pelayanan-pelayanan di Indonesia, dan sebagai akibatnya mereka mulai membawa publisitas dalam kampanye dengan memasang iklan diluar negeri.B.     Pariwisata sebagai Penghasil Devisa Negara                        Keinginan presiden ialah agar subsektor pariwisata dapat dijadikan penghasil devisa nomor tiga atau empat negeri ini. Sekarang ini pariwisata Indonesia masih menduduki tempat sebagai penghasil devisa nomor enem. Sejak tahun 1969 pariwisata Indonesia memang mengalami perkembangan. Kalau dalam tahun 1969 jumlah tamu asing yang masuk ke Indonesia baru 86.067 orang dengan penerimaan devisa US$ 10,8 juta, pada tahun 1979 sudah menjadi 501.430 orang dengan penerimaan devisa antara US$188,7 juta. Dalam tahun 1980 jumlah tamu asing meningkat lagi menjadi 561.178 orang dengan penerimaan devisa antara US$ 224 juta hingga US$ 336 juta. Walaupun demikian, diantara negara-negara ASEAN, jumlah tamu asing yang masuk ke Indonesia termasuk paling sedikit.
Kalau kita mau jujur, angka-angka mengenai jumlah tamu asing di Indonesia diatas sebenarnya masih diragukan ketepatannya. Angka-angka itu didasarkan pada pendapatan pihak Imigrasi yang diperolehnya dari beberapa pintu gerbang utama: Jakarta, Medan, dan Bali. Pihak Imigrasi tidak membedakan antara mereka yang datang sebagai turis dan mereka yang datang sebagai urusan bisnis, terutama mereka yang memasuki Indonesia melalui Jakarta.
Beberapa orang mengatakan bahwa catatan-catatan dari Bali dan Medan mungkin mendekati kebenaran. Terutama yang masuk melalui Bali bisa dipastikan kebanyakan adalah turis dalam arti yang sesungguhnya. Tapi inipun sulit untuk dijadikan pegangan, karena pihak Imigrasi disana hanya mencatat orang-orang asing yang langsung datang dari luar negeri. Tidak demikian dengan mereka yang masuk melalui jalan darat atau penerbangan domestik menuju tempat-tempat itu. Terlepas dari tepat tidaknya pendataan tersebut diatas, kiranya cukup aman untuk mengatakan, bahwa sidang pariwisata di Indonesia memang meningkat, baik wisatawan asing maupun domestik. Salah satu indikasi yang bisa digunakan adalah tingkat penghuni hotel diberbagai tempat di Indonesia.                        Bagi suatu negara, sektor pariwisata dapat menghasilkan banyak devisa yang amat perlu untuk membiayai pembangunannya. Wisatawan asing memanfaatkan berbagai bentuk pelayanan yang disediakan oleh industri pariwisata dari suatu negara, serta memakai atau membelinya. Wisatawan membayar harga eceran yang hampir selalu lebih tinggi daripada harga-harga yang biasa diterima si pembuat barang0barang tersebut bila dijual dikonsumen dalam negeri. Penjualan secara eceran tersebut adalah sumber penerimaan mata uang luar negeri yang biasanya ditukarkan lebih dahulu dengan mata uang di negeri yang didatangi.
                        Mengelola kepariwisataan menjadi suatu ‘’Industri” bagi negara Indonesia dapat dikatakan merupakan suatu relatf baru. Apabila negara-negara tetangganya sudah sejak tahun 1960-an mengembangkan industri kepariwisataannya, maka Indonesia baru menjelang 1970-an. Bagaimanapun pengembangan rintisan Indonesia secara industrial ini telah mampu membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.C.    Orientasi Turisme                        Turisme secara hakiki merupakan industri yang berorientasi pada pelayanan, maka turisme secara luas dianggap harus intensif kerja, dan karenanya secara khusus cocok dengan tata cara Asia dengan penyediaan buruh yang melimpah dan murah. Peranan pengaturan dan kelembagaan di negara itu lebih menonjol daripada AS atau Jerman Barat dimana komponen penerimaan negara dari sector non pariwisata lebih kuat.
                        Berdasarkan Keputusan Presiden No. 30 Tahun 1969 dibentuk Dewan Pertimbangan Kepariwisataan Nasional yang bertugas membantu presiden dalam menetapkan kabijakan umum di bidang kepariwisataan nasional. Dewan ini diketuai oleh Menteri Negara Ekonomi dan Indusrti yang merangkap sebagai anggota. Anggota-anggota lain terdiri dari:
a.       Menteri Perhubungan        e. Menteri P&K                       i. Menteri Peneranganb.      Menteri Perdaganagan      f. Menteri Hankam                  j. Bank Sentralc.       Menteri Keuangan             g. Menteri Dalam Negeri        k. BAPPENASd.      Menteri Perindustrian        h. Menteri SosialKondisi hubungan pemerintah dan daerah selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, bagaikan api dalam sekam. Orang daerah selalu menghitung untung rugi jika kita ingin melakukan reaksi terhadap kebijakan pemerintahan pusat. Selama pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto rakyat didaerah hanya menerima apa adanya, mereka tidak tahu apa yang menjadi haknya. Pembangunan memang ada tetapi tidak merata dan tidak adil. Misalnya, kontribusi minyak bumi dan gas yang dihasilkan Riau begitu besar, tapi yang diberikan kepada Riau hanya beberapa miliar, bahkan untuk pembangunan sektor pariwisata misalnya, jumlahnya tidak sampai satu miliar.
Alasan pemerintah pusat dimasa Orde Baru antara lain SDM lokal tidak siap untuk membangun industri besar. Hal lain, dalam membangun propinsi Riau secara sektoral dimasa lalu kurang memperhatikan kondisi tata ruang Riau. Membangun Riau seharusnya berbeda dengan membangun di Jawa, sebab secara geografis di Riau diberikan biaya yang lebih besar. Selain itu pemerintah Orde Baru menerapkan program Pembangunan Lima Tahun (PELITA). PELITA I dan II masih cocok di Riau, tetapi sejak PELITA III dan seterusnya tidak cocok lagi. Program 8 jalur pemerataan diterapkan pemerintah Orde Baru, tidak cocok untuk Riau karena sangat sentralistik. Di daerah merasa tidak puas, jika pemerataan diutamakan, sebab itu tidak memperhatikan potensi daerah masing-masing. Sistem politik sentralistik yang dibangun pemerintahan Orde Baru membuat orang didaerah terbelenggu. Memang acuannya ada, tetapi sifatnya sangat makro. Karenanya homogenitas tidak bisa dipertahankan.                        Harus diakui pada masa Orde Baru dari segi pemahaman fisik memang ada dan keamanan terkendali, tetapi pada masa Orde Baru demokrasi tidak ada, kalangan intelektual dibelenggu, pers didaerah dibungkam, KKN dan pelanggaran HAM terjadi di daerah, sebagai akibat tidak ditegakkannya supermasi hukum. Dosen Universitas Riau juga mengatakan bahwa pada masa Orde Baru daerah itu hanya dijadikan objek untuk penghasilan pusat saja. Karena pemerintah pusat selalu turun tangan. Riau dianggap daerah rawan.    DAFTAR PUSTAKA Pichard, Michel. 2006. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata.Spillane, James J. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan ProspeknyaHasyim, Muhammad. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. 

Arti Nagarkretagama

       Arti kitab Nagarakretagama          

  Negarakretagama memberitakan pelbagai perkara yang sangat diperlukan untuk penulisan sejarah Majapahit dalam abad empat belas diantaranya tentang kehidupan politik sosial, keagamaan, kebudayaan, adat istiadat, kesusasteraan. Namun perkara itu hanya diuraikan secara singkat, sehingga perlu dilepaskan. Negarakretagama adalah sebuah puja sastra, oleh karena itu penafsirannya harus hati-hati untuk dapat mengetahui fakta-fakta sejarah yang sebenarnya. Negarakretagama tetap menduduki tempat utama sebagai karya sejarah tentang Majapahit dalam abad empat belas dan merupakan karya sejarah yang tertua pula dalam sastra Jawa kuna.            Uraian Negarakretagama tentang raja-raja Singasari dan Majapahit yang diakui sebagai nenek moyang Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara, diberitakan dalam pupuh-pupuh. Menetapkan garis besar jalannya sejarah dari berdirinya Singasari sampai zaman keemasan Majapahit berdasarkan data-data sejarah yang telah disaring. Uraiannya berdasarkan Negarakretagama, Pararaton dan piagam-piagam. Pertumbuhan status dan wilayah Majapahit dari desa menjadi negara, yang menguasai Pulau Jawa dan Nusantara dari Wanin di Pantai barat Irian sampai Semang di Thailand selatan, masih merupakan bahan perdebatan diantara para sarjana.

            Kehidupan kemasyarakatan Majapahit adalah perkara yang menarik perhatian, tetapi tidak pernah diselidiki secara mendalam, karena para sarjana yang berkecimpung didalam bidang Jawa kuna, belum sempat atau memang tidak banyak menaruh perhatian. Nagarakretagama adalah hasil karya seorang pendeta juga. Penciptanya adalah bekas dharmadhyaksa kasogatan, menyamar dengan nama Prapannca. Ia memberitakan semua hasil karya-karyanya sebelum Nagarakretagama.B.     Susunan NagarakretagamaPuja sastra Nagarakretagama terdiri dari 98 pupuh. Bagian pertama Nagarakretagama jumlahnya 49 pupuh tepat, separo dari keseluruhan pupuh Nagarakretagama. Bagan pupuh bagian pertama itu seperti berikut:

            7 pupuh : tentang raja dan keluarganya       9 pupuh : tentang kota dan wilayah Majapahit            23 pupuh : tentang perjalanan keliling ke Lumajang            10 pupuh : tentang silsilah raja MajapahitBagan pupuh bagian kedua seperti berikut:            10 pupuh : 5 tentang perburuan, 5 tentang pejalanan pulang

            23 pupuh : 1 oleh-oleh, 10 tentang perhatian kepada leluhur, 2 tentang Gajah MadaSingkatan isinya1.      Dalam pupuh I Prapanca memuji keagungan raja Sri Rajasanegara, memandang baginda sebagai titisan Shiwa-Budha untuk menentramkan kerajaan. Sang pujangga mengadakan identifikasi antara Siwa dan Budha, peristiwa sinkretisme dalam agama. Baik Budha maupun Siwa pada dasrnya mewakili angkasa, yang juga disebut sunya yakni kosong. Ketika masih dalam kandungan terjadi pelbagai peristiwa alam yang ditafsirkan sebagai isyarat keluhuran sang jabang bayi seperti meletusnya gunung Kelut, gempa bumi di Pabanyu Pindah,hujan abu yang diikuti guruh dan halilintar.
2.      Pupuh II sampai VI mengisahkan hubungan kekerabatan baginda. Prapanca memuji kecakapan nenek perempuan baginda yang berjuluk Rajapatni, yakni puteri Gayatri, puteri bungsu Sri Kretanegara dari Singasari. Beliau bertindak sebagai penasehat utama dalam pemerintahan. Ketika Sri Rajapatni mangkat pada tahun 1350 dan dikebumikan di Bayalangu, segenap rakyat dari seluruh kerajaan berkabung. Rakyat merasa sedih kehilangan beliau. Kesedihan rakyat itu musnah setelah penobatan baginda sebagai raja. Pupuh III menguraikan orang tua baginda yakni Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani, yang secara resmi menjadi rani Kahuripan, dan Sri Kertawardhana dari Singasari. Pupuh IV dikhususkan untuk menyanjung bibi baginda yakni Bhre Daha Dyah Wiyat Rajadewi, yang kawin dengan Sri Wijayarajasa dari Wengker. Baginda mempunyai dua orang saudara perempuan. Yang tua bergelar Bhre Lasem, kawin dengan Bhre Matahun. Yang muda bergelar Bhre Pajang, kawin dengan Singawardhana dari Paguhan. Dari perkawinan antara Bhre Lasem dan Bhre Matahun Sri Rajasawardhana lahir puteri Nagarawardhani, yang kawin dengan Bhre Wirabhumi. Dari perkawinan antara Bhre Pajang dan Singawardhana dari Paguhan lahir Wikramawardhana alias Bhre Mataram. Wikramawardhana kawin dengan Kusumawardhani, puteri Dyah Hayam Wuruk, dan bertindak sebagai wakil baginda dalam pengadilan. Adik perempuannya bernama Sri Surawardhani, memerintah Pamawuhan. Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara kawin dengan Indudewi, puteri Wijayarejasa dari Wengker. Dalam pupuh itu disebut adinda baginda menurut adat tata Jawa. Seorang istri menyebut suaminya kakanda, dan seorang suami menyebut istrinya adinda. Mereka itu semuanya adalah raja bawahan Majapahittunduk kepada Sri Nata.3.      Pupuh VII mulai dengan pujian muluk terhadap baginda Sri Rajasanegara. Semua orang tunduk pada kuasa Sri Nata. Sri Rajasanegara dikiaskan sebagai titisan pelbagai dewa. Beliau mengusap duka si murba sebagai dewa indra yang menurunkan hujan diatas bumi. Sang raja menjaga negara seperti Pretiwi, meresap ke semua tempat laksana hawa, sedangkan muka beliau laksana bulan. Seolah-olah dewa Kalma menjelma di dalam pura. Para puteri dan permaisuri terlalu cantik bagaikan sibiran dewi Ratih. Permaisuri Indudewi cantik jelita seindah dewi Susumna, tidak ada taranya. Puteri Kusumawardhani, lengkung lampai, sangat jelita berpasangan dengan Sri Wikramawardhana bagaikan dewa dan dewi, resap dipandang mata.4.      Pupuh VIII sampai XII menguraikan seluk beluk istana Majapahit dari keindahannya sampai para punggawa dan pegawai kerajaan. Secara terperinci sang pujangga menyajikan uraiannya tentang istana Majapahit. Tembok batu merah, tebal lagi tinggi, mengitari istana. Pintunya disebelah barat menghadap ke lapangan luas yang dikelilingi parit. Halamannya ditanami pohon Brahmastana, berjajar-jajar memanjang, berbagai-bagai bentuknya. Disitulah tempat para tanda berjaga secara bergilir, meronda mengawasi paseban. Disebelah utara, gapuranya indah permai, berpintu besi penuh berukir. Disisi timur pintu adalah panggung luhur, lantainya berlapis batu putih.5.      Pupuh XIII sampai XIV menyinggung luasnya wilayah kerajaan Majapahit di Jawa dan di Nusantara yakni pulau di luar Jawa. Dalam pupuh tersebut tercantum nama-nama daerah dan pulau yang tunduk kepada Majapahit. Pupuh XV menyebut negara-negara asing yang mempunyai hubungan persahabatan dengan Majapahit, diantaranya Siam, Darmanegara, Singanagari, Campa, dan Kamboja.
6.      Pupuh XVII sampai LX menguraikan perjalanan kelililing rombongan Dyah Hayam Wuruk dari Majapahit ke Lumajang, pada hakekatnya merupakan isi nagarakretagama. Dharmadhyaksa kasogatan yang mengambil nama samran Prapanca, ikut serta dalam rombongan tersebut. Dalam perjalanan itu mendapat kesempatan untuk mengunjungi desa-desa penting dan menyaksikan sendiri wilayah kerajaan Majapahit di Jawa Timur pada tahun 1359.7.      Pupuh LXI sampai LXII menguraikan perjalanan baginda pada tahun 1361 ke desa Simping untuk memperbaiki candi makam, karena menaranya rusak. Candi tersebut adalah candi makam pembangun negara Majapahit Kertarajasa Jayawardhana.8.      Pupuh LXIII sampai LXVII menguraikan selamatan srada untuk memperingati wafatnya nenek baginda Rajapatni, yakni puteri Gayatri dari Singasari. Pesta Srada diselenggarakan secara besar-besaran di istana pada tahun 1362. Upacaranya diuraikan secara secara singkat dan tepat sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang jalannya upacara srada yang dilakukan oleh Sri Hayam Wuruk pada zaman Majapahit.9.      Pupuh LXVIII sampai LXIX secara singkat menguraikan sejarah pembagian kerajaan Erlangga menjadi Yanggala dan Panyalu untuk kedua puteranya oleh mpu Bharada dengan cara menuangkan air kendi ke udara sampai diatas pohon asam di desa Palungan sang pendeta terhenti karena jubahnya terkait pada puncak pohon asam, dan kendinya jatuh di desa Palungan. Sang pendeta terbang lagi sambil mengutuk pohon asam supaya tetap tinggal pandak. Sejak itu tempat tersebut menurut dongengan bernama Kamal Pandak artinya asm cebol.10.  Pupuh LXX sampai LXXIII mengurqikqn kedatangan kembali baginda dari Simping. Setiba beliau di Istana terdengar kabar Gajah Mada sakit keras, akhirnya meninggal. Kemudian diadakan rapat untuk mencari pengganti patih Gajah Mada, tetapi tidak berhasil. Rapat yang dipimpin oleh baginda sendiri, mengambilkeputusan bahwa patih Gajah Mada tidak akan diganti. Baginda sendiri memimpin pemerintahan secara lansung, dibantu oleh enam menteri.11.  Pupuh LXXIV sampai LXXXXII menyebut nama-nama candi makam, tanah perdikan, asmara, desa kebudhaan, desa kesiwaan, dan lain-lainnya dalam kerajaan Majapahit terutama di Jawa dan Bali.12.  Pupuh LXXXII menguraikan keagungan baginda dan kesejahterahan pulau Jawa. Banyak tamu asing berkunjung ke Majapahit. Pada 5 dan 6 memuat kisah perjalanan tahunan (kirap) yang berlangsung dalam bulan Pagluna (Februari-Maret)13.  Pupuh LXXXIV adalah lanjutan dari pupuh LXXXIII/5, 6. Pada tanggal 14 bulan petang (surut) baginda berkirap keliling kota ditatang tandu kuning, diiringkan para pembesar, pendeta, sarjana, dalam pakaian seragam. Penghormatan kepada beliau berupa pembacaan puja-sloka, gubaha kawiraja dari berbagai kota untuk baginda setiba beliau di Manguntur.14.  Pupuh LXXXV menceritakan pertemuan tiap bulan Caitra (Maret – April) atau bulan pertama setiap tahun. Maksudnya ialah untuk mengadakan semacam musyawarah antara semua orang yang mempunyai tanggung jawab dalam pemerintahan.15.  Pupuh LXXXVI sampai XCIL. Dua hari kemudian mulailah pesta besar di lapangan babat, yang dihadiri oleh baginda. Segala macam pertunjukkan dan perlombaan dihidangkan untuk memeriahkan perayaan. Pada bulan petang bulan Caitra ditutup oleh baginda dengan pembagian hadiah kepada para pemenang.16.  Pupuh XCIII sampai XCIV, Prapanca menguraikan betapa banyak para pendeta yang menciptakan kakawin puja sastra untuk baginda. Diantaranya pendeta Budha Sri Aditya menggubah Shogawati dalam Sloka. Beliau berasal dari Jambudwipa (India), dari kota Kancanapuri, dari asrama Sadwihara.Pupuh XCV sampai XCVIII menguaraikan nasib sang pujangga yang canggung hidup di dusun, kemudian bertekat bertapa dilereng gunung.

Kajian Tradisi Massa Islam di Desa Purwareja Klampok Banjarnegara pada Bulan Sura atau Muharam

Bulan muharram diistilahkan dengan bulan sura. Akar dari kata “Sura” ini berasal dari bahasa arab “asyura” yang berarti sepuluh. Maksud dari kata ini adalah pada hari ke sepuluh di bulan muharram. Karena begitu populernya kata asyuro ini maka orang jawa menamai bulan muharram tersebut dengan nama suro.

Dalam bulan suro atau muharram tidak lepas dari berbagai tradisi dan ritual diberbagai daerah. Begitu pun juga di daerah Purwareja Klampok Banjarnegara atau biasa disebut dengan daerah Perja. Terdapat berbagai tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Perja khususnya dalam menyambut bulan suro atau bulan muharram tersebut. Tradisi tersebut diantaranya yakni membuat bubur asyura atau tradisi tukar menukar takir, riwayatan, dll.

Yang akan dibahas dalam kajian ini adalah tradisi riwayatan. Dimana tradisi riwayatan diperingati karena adanya peristiwa dibulan muharram terciptanya bumi dan langit. Tradisi ini biasanya diperingati diperempatan jalan dengan cara tukar-menukar makanan atau biasa dikenal dengan takiran. Kegiatan tradisi ini diperingati oleh semua warga masyarakat. Setiap kepala keluarga membuat takir, kemudian mereka beserta seluruh keluarganya kumpul diperempatan dan terjadilah tukar menukar antar satu kepala keluarga denganyang lainnya.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman tradisi tukar menukar makanan atau takir ini yang biasa diperingati di setiap perempatan diganti tempatnya yaitu di mushola-mushola atau langgar-langgar sekitar rumah. Diperingatinya pun dengan memberikan sedekah, tukar-menukar makanan yang biasanya diistilahkan dengan sedekah bumi, menyantuni anak-anak yatim, dan janda-janda miskin.

Tujuan inti dari kegiatan ini adalah untuk memberi sedekah kepada semua orang. Selain dengan tukar menukar makanan, menyantuni anak yatim, dan janda-janda miskin, diperingati juga dengan kesenian wayang kulit dan pengajian.

Bulan muharram diistilahkan dengan bulan sura. Akar dari kata “Sura” ini berasal dari bahasa arab “asyura” yang berarti sepuluh. Maksud dari kata ini adalah pada hari ke sepuluh di bulan muharram. Karena begitu populernya kata asyuro ini maka orang jawa menamai bulan muharram tersebut dengan nama suro.

Dalam bulan suro atau muharram tidak lepas dari berbagai tradisi dan ritual diberbagai daerah. Begitu pun juga di daerah Purwareja Klampok Banjarnegara atau biasa disebut dengan daerah Perja. Terdapat berbagai tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Perja khususnya dalam menyambut bulan suro atau bulan muharram tersebut. Tradisi tersebut diantaranya yakni membuat bubur asyura atau tradisi tukar menukar takir, riwayatan, dll.

Yang akan dibahas dalam kajian ini adalah tradisi riwayatan. Dimana tradisi riwayatan diperingati karena adanya peristiwa dibulan muharram terciptanya bumi dan langit. Tradisi ini biasanya diperingati diperempatan jalan dengan cara tukar-menukar makanan atau biasa dikenal dengan takiran. Kegiatan tradisi ini diperingati oleh semua warga masyarakat. Setiap kepala keluarga membuat takir, kemudian mereka beserta seluruh keluarganya kumpul diperempatan dan terjadilah tukar menukar antar satu kepala keluarga denganyang lainnya.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman tradisi tukar menukar makanan atau takir ini yang biasa diperingati di setiap perempatan diganti tempatnya yaitu di mushola-mushola atau langgar-langgar sekitar rumah. Diperingatinya pun dengan memberikan sedekah, tukar-menukar makanan yang biasanya diistilahkan dengan sedekah bumi, menyantuni anak-anak yatim, dan janda-janda miskin.

Tujuan inti dari kegiatan ini adalah untuk memberi sedekah kepada semua orang. Selain dengan tukar menukar makanan, menyantuni anak yatim, dan janda-janda miskin, diperingati juga dengan kesenian wayang kulit dan pengajian.